Zulfa.com untuk menemukan berbagai hal yang positif, tugas kuliah, dan di sertai dengan gambar tutorial, author:Zulfa Anggraini

Selasa, 23 Mei 2017

Makalah Prinsip - Prinsip Visual Merancang Materi Yang Efektif

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Perancangan dan penggunaa visual dalam pembelajaran merupakan pertimbang penting karena kegiatan belajar melibatkan banyak pencitraan visual. Sebagian besar media yang kami bahas dalam buku ini: literasi visual, peran visual dalam instruksi, jenis-jenis visual, panduan perancangan visual, membuat gambar, menangkap gambar, peranti lunak komputer untuk pengajaran (courcseware), multimedia, program video, lembar transparan OHP memiliki unsur visual.
B. Rumusan Masalah
1.    Bagaimanakah Lieterasi visual ?
2.    Bagaimanakah Peran visual dalam intruksi ?
3.    Bagaimanakah Jenis-jenis visual ?
4.    Bagaimanakah Panduan perancang visual ?
5.    Bagaimanakah Membuat gambar ?
C. Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui Lieterasi visual
2.     Untuk mengetahui peran visual dalam intruksi
3.    Untuk mengetahui jenis-jenis visual
4.    Untuk mengetahui panduan perancang visual
5.    Untuk mengetahui cara membuat gambar



BAB II
PEMBAHASAN
PRINSIP – PRINSIP VISUAL
A.  Merancang Materi Ynag Efektif
Perhatikan jenis-jenis visual yang digunakan setiap hari untuk tujuan komunikasi penting, seperti kartu informasi darurat di pesawat terbang atau rambu-rambu jalan yang memperingatkan mengenai perempatan atau belokan yang berbahaya. Waloupun istilah literasi pernah digunakan untuk merunjuk pada membaca dan menulis informasi verbal, saat ini kita gunakan istilah literasi visual untuk merujuk pada kemampuan untuk menafsirkan pesan visual secara akurat.
Literasi visual bisa dikembangkan melalui dua pendekatan utama :
1.    Strategi input. Membantu para pelajar untuk memahami, atau “membaca”,visual secara fasih dengan menerapkan kemampuan analisis visual.
2.    Strategi autput. Membantu para pemelajar untuk menjadikan, atau “menulis’’, visual untuk menyatakan diri mereka sendiri dan berkomunikasi dengan orang lain.

B.  Peran Visual Dalam Instuksi
Visual bisa memainkan banyak peran dalam proses belajar
1.    Menyediakan acuan konkreet bagi gagasan
2.    Membuat gagasan abstrak menjadi konkteet
3.    Memotivasi para pembelajar
4.    Mengarahkan perhatian
5.    Mengulangi informasi-informasi dalam format-format yang berbeda
6.    Mengingat kembali pada pembelajaran sebelumnya
7.    Mengurangi usaha belajar.

C.  Jenis-Jenis Visual
Jenis-jenis visual yang dipilih untuk situasi tertentu sebaiknya bergantung pada tugas belajar. Visual bisa dibagi menjadi enam kategori :
1.    Realistik
          Visual realistik menampilkan objek sebenarnya yang sedang dipelajari. Sebagai misal, foto berwarna dari sebuah kereta tertutup. Merupakan visual yang realistik. Menggunakan warna-warna alamiah bisa meningkatkan derajat realisme.
2.    Organisasional
Visual organisasional menampilkan hubungan kualitatif diantara berbagai elemen. Contoh yang meliputi diagram klasifikasi, diagram alur dan peta.
3.    Relasional
Visual relasional mengomunikasikan hubungan kuantitatif. Contoh, meliputi diagram batang, grafik bergambar, diagram kue, dan grafik garis.
4.     Transformasional
Visual transformasional menggambarkan pergerakan atau perubahan sesuai dengan waktu dan tempat. Contoh, diagram beranimasi tentang bagaimana menjalankan sebuah prosedur seperti mengikat tali sepatu atau membuat baja.
5.    Interprestasi
Visual interpretif mengambar hubungan teoritis atau abstrak. Contoh yaitu diagram skematik dari sebuah sirkuit listrik.
D.  Panduan Perancang Visual
Merancang sebuah visual dimulai dengan mengumpulkan atau pembuatan gambaran individu dan unsur-unsr teks yang anda ingin gunakan. Asumsinya adalah anda  telah menentukan kebutuhan dan minat para siswa yang terkait dengan topik dan memutuskan tujuan apa yang akan anda capai melalui visual yang sedang anda rencanakan.
1.    Unsul-unsul visual
Untuk tujuan memberikan informasi dan/atau pengajaran, perancangan visual mencakup ;
a.    Pengaturan, pertama anda harus tentukan dulu unsur-unsur apa yang akan disertakan dalam visual anda. Kemudian anda siap untuk mempertimbangkan ‘tampilan” keseluruhannya. Gagasan nya adalah menentukan sebuah pola dasar untuk menentukan bagaimana mata sang permisa akan mengikuti disempanjang tampilan anda itu.
b.    Keseimbanagan, sebuah perasaan kesamaratan psikologis, atau keseimbangan dicapai ketika “berat’ unsur-unsur dalam tampilan secara merata tersebut pada setiap sisi sebuah sumbu, entah secara horizontal atau vertikal atau keduannya, ketika desain tersebut berulang pada kedua sisi, keseimbangannya menjadi simentris, atau formal.
c.    Warna, ketika memilih sebuah skema warna untuk sebuah visual, perhatikan keharmonisan dua warna apa pun yang terletak langsung berhadapan pada roda warna disebut warna pelengkap. Misalnya, merah, kuning , hijau dan violet warna-warna pelengkap sering  kali sangat cocok satu sama lain sebagai sebuah skema warna secara keseluruhan.
d.   Kemudahan dibaca. Sebuah visual tidak bisa di pahami kecuali kalau seluruh pemirsa bisa melihat kata-kata dan gambar. Seorang presenter mengatakan “Anda mungkin tidak akan bisa melihat apa yang ada di sini, jadi biarkan saya jelaskan (atau bacakan) untuk Anda.” Agar hal ini tidak terjadi, pastikan visual Anda cuckup besar agar terlihat oleh seluruh hadirin Anda. Ini berlaku bagi materi cetakan, visual, terproyeksi, dan tampilan.
e.    Menarik.  Visual Anda tidak bisa menampilkan sebuah efek kecuali kalau visual itu menarik dan mempertahankan perhatian para pemirsanya. Terdapat beberapa teknik untuk menghasilkan daya tarik, gaya, kejutan, tekstur, dan interaksi.
Sebagian besar visual merupakan dua dimensi. Tetapi Anda bisa membuat tiga dimensi dengan menggunakan tekstur atau material yang sebenarnya. Tekstur merupakan sebuah karakteristik dari benda dan material tiga dimensi.
E.  Unsur-Unsur Teks
Sebagian besar tampilan menyertakan informasi tektual selain visual. Dalam mengevaluasi sebuah tampilan untuk potensi pengajarannya atau dalam menyiapkan tampilan Anda sendiri, Anda harus mempertimbangkan penentuan huruf secermat Anda mempertimbangkan untuk unsur-unsur bergambar, karena bisa menyampaikan pesan sama kuatnya. Palin tidak, Anda harus yakin bahwa penentuan huruf merupakan gaya yang konsisten dengan pesan yang ingin disampaikan dan dapat dibaca dari segi ukuran dan spasinya.
1.    Gaya
Gaya dari teks seharusnya konsisten dan selaras  dengan unsur-unsur visual lainnya. Demi tujuan pengajaran atau penyimppanan informasi disarankan memakai gaya yang terus terang.
2.    Ukuran
Para siswa biasanya melihat tampilan seperti bulletin board dan poster dari jarak 30 atau 40 kaki atau lebih. Dalam kasus semacam itu ukuran teks sangatlah penting bagi kemudahan bacaan. Sederhananya adalah membuat huruf kecil setinngi 1/inci untuk  tiap sepanjang 10 kaki dari jarak pemirsa.
3.    Spasi
Ketika kita visual menggunakan komputer, spasi teks otomatis disesuaikan untuk mencapai keterbacaan maksimum. Jika sebuah efek desain yang diinginkanmembutuhkan spasi yang berbeda, spasi diantara huruf-huruf bisa dirapatkan atau dilonggarkan dengan memformat ulang teks.
4.    Warna
Warna teks seharusnya kontras dengan warna latar belakang agar mudah dibaca dan memberi penekanan dimana Anda menginginkan menarik perhatian tertentu pada pesan-pesan lisan.
5.    Penggunaan Huruf Besar
Untuk kemudahan dalam membaca, gunakan huruf kecil semua, dan menambahkan huruf besar hanya ketika dibutuhkan sewajarnya. Judul utama yang singkat mungkin muncul  berupa huruf besar, tetapi frasa yang terdiri dari tga kata sebaiknya mengikuti aturan teks huruf kecil semua.
F.   Membuat Gambar
Anda akan mendapati teknik dan perkakas yang bermanfaat untuk membantu Anda merencanakan dan membuat brbagai visual yang mendukung belajar.
1.    Perkakas Perencanaan
Jika Anda atau siswa Anda sedang merencanakan serangkaian visual, misalnya beberapa transparan OHP yang saling berkaitan, sekumpulan slide PowerPoint, atau serangkaian layar layar komputer pembuatan stroyboard merupakan metode yang berguna dalam perencaan. Teknik ini, yang dipinjam dari teknik pembuatan film dan video, memungkinkan Anda untuk secara kreatif menyusun dan menyusun ulang keseluruhan urutan  sketsa kecil-kecil. Dalam pembuatan storyboard, Anda menempatkan sebuah sketsa atau beberapa representasi visual lainnya dan teks yang Anda rencanakan untuk digunakan pada sebuah kartu atau potongan kertas. Jika rangkaian tersebut akan menyertakan narasi, ini di sertakan juga dalam storyboard, bersama dengan catatan produksi yang mengaitkan visual dengan narasi. Setelah membuat serangkaian kartu-kartu tersebut, atur dalam susunan yang biasa pada permukaan yang rata atau pada sebuah penahan storyboard.
2.    Teknik Pembuatan Huruf
Berbagai teknik pembuatan huruf bisa digunakan untuk visual. Yang paling sderhana adalah pembuatan huruf menggunakan tangan dengan spidol penanda dan pena berujung bulu, yang tersedia dalam berbagai warna dan ukuran.
Huruf yang telah dipotong potong tersedia di toko peralatan  tulis-menulis. Huruf-huruf semacam itu mudah digunakan karena sebagian besar bisa langsung di tempel; tetapi harganya agak mahal. Huruf-huruf atau bentuk-brntuk lainnya yang besar dan rapi bisa langsung digunting dari kertasbepola menggunakan gunting.
3.    Menggambar, Membuat Sketsa, dan Membuat Kartun
Satu sumber visual yang sering kali diabaikan adalah Anda, Anda tidak harus menjadi seorang pelukis untuk bisa menggambar. Terdapat beberapa panduan dasar dan banyak buku bagaimana caranya yang bisa membantu Anda menyampaikan pesan secara efektif menggunakan gambar, sketsa, dan kartun.
Dengan sedikit latihan, Anda mungkin terkejut dengan betapa bagunya Anda melukis. Gambar-gambar yang sederhana bisa meningkatkan presentasi papan putih, buku petunjuk kelas, bulletin board, dan transparan OHP.
4.    Clip Art
Clip Art merupakan gambar-gambar visual yang dipersiapkan (gambar dan gambar digital) yang bisa diselipkan dalam berbagai dokumen dan presentasi digital. Ukuran dan penempatan gambar bisa diubah-ubah sesuai sesuai dengan kebutuhan Anda. Belakangan ini terdapat banyak sekali visual bebas hak cipta yang tersedia terutama melalui web dan peranti lunak.
Terdapat beberapa prinsip yang sebaiknya diperhatikan terkait dengan penggunaan gambar yang ada untuk pembuatan visual untuk siswa atau guru. Prinsip-prinsip tersebut anatara lain:
a.    Yang langsung selaras dengan tujuan belajar.
b.    Sebagai komponen dalam gambar yang lebih besar disesuaikan untuk tujuan spesifik  (misalnya, gambar kodok dari clip art digunakan sebagai salah satu unsur dalam diagram siklus-kehidupan yang dibuat oleh seorang siswa).
c.    Dengan gaya yang konsisten
d.   Untuk memberika ilustrasi benda-benda spesifik.
e.    Untuk memperkenalkan sebuah tema atau menentukan sebuah nada untuk sebuah material tekstual.

5.    Merancang Sebuah Visual dengan Komputer
Anda dan para siswa Anda bisa menggunakan program menggambar untuk tata letak dan desain, serta untuk menggambar dan membuat ilustrasi. Sebagian besar program grafis komputer berisi ratusan atau bahkan ribuan model ketikan dan gambar-gambar clip art dan bisa merekayasa gambar dalam setiap cara yang bisa dibayangkan. Contoh-contoh dari program tersebut adalah KidPix, iWorks, Photoshop, dan Adobe Illustrator.
Jenis-jenis peranti lunak grafis yang tersedia sebagai berikut:
a.    Program presentasi, peranti lunak khusus yang mempermudah pembuatan slide atau transparan OHP gambar yang menggabungkan teks, data, dan visual.
b.    Program menggambar dan mewarnai, memungkinkan pengguna untuk menggambar bentuk-bentuk geometri dan sosk gaya bebas; juga bisa menyertakan teks.
c.    Program pendiagram, terutama ditunjukan untuk membuat diagram, grafis, dan laporan dari data spreadsheet numerik.
d.   Program peningkatan foto, memungkinkan manipulasi warna dan penggunaan efek khusus untuk mengubah foto.
e.    Program desktop publishing, menggabungkan fitur-fitur dari banyak metode lainnya untuk menciptakan produk-produk canggih seperti newsletter, laporan, dan buku.

6.    Membuat Grafis Presentasi
Panduan untuk membuat panduan grafis presentasi, menggunakan peranti lunak seperti powerpoint atau keynote, meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.    Secara cermat pilihlah jenis huruf ukuran,dan warna.
b.    Gunakan latar belakang yang polos dan berwarna cerah. Latar belakang berupa walpaper yang ramai bisa mengalihkan perhtatian hadirin Anda
c.    Letakkan judul berada dirata tengah atau kiri berada di puncak slide
d.   Gunakan komunikasi yang singkat
e.    Gunakan sebuah template untuk membuat format visual yang konsisten.
f.     Gunakan slide induk untuk membuat format teks yang kosisten
g.    Kurangi ”lonceng dan peluit”
h.    Gunakan gambar yang sesuai
i.      Gunakan transisi yang konsisten
j.      Gunakan bangunan yang seerhana
k.    Gunakan dengan cermat animasi untuk memdukung kesan pengajaran ketimbang menambahkah efek dramatis kepresentasi Anda
l.      Kurangi penggunaan suara
m.  Gunakan catatn kaki untuk mengidentifikasi slide

7.    Membantu Transparan Overhead Projector (OHP)
Meski kita sekarang berada dalam era revolusi digital, banyak ruang kelas P-12 masih dilengkapi dengan OHP ketimbang proyektor digital. Cara paling mudah menyiapkan transparan OHP yaitu menggambar langsung pada lembar transparan OHP menggunakan spidol.
Selain ransparan OHP, anda juga akan membutuhkan perlaratan menulis. Pena berujung buncing merupakan yang paling mudah digunakan untuk tujuan ini. Alat ini terdiri dari dua macam yaitu : tinta larut dalam air dan permanen.
8.    Menangkap Gambar
a.    Potografi
Ketika menggambil gambar visual menggunakan kamera, ingatlah bahwa seluruh kamera, terlepas dari ukuran, bentuk, atau jenis, menjalankan prinsip dasar yang sama. Cahaya dipantulkan dari subjek dan dilewatkan melalui lensa untuk membentuk sebuah gambar pada alat perekam.
b.    Pemindai
Pemindai (skanner) bekerja dengan komputer untik mengubah gambar visual berbasis kertas, misalnya gambar atau foto para siswa, menjadi berkas gambar komputer digital. Seperti halnya fotografi digital para siswa mungkun dengan cepat menggambungkan gambar terpindai kedalam berkas pengolah kata.










BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Dalam bab ini kami telah membahas penting nya visual untuk belajar.Kami mulai dengan konsep litersi (pemhaman) visual dan menyajikan aspek-aspek penting dai memahami dan membuat visual. Para siswa paling baik belajar ketika visual digunakan dalam instruksi. Kami telah membahas berbagai peran yang dijalankan visual dan menjelaskan 6 jenis visual. Bab ini memberikan panduan penting baik untuk unsur-unsur visual maupun verbal. Peranti yang disajikan disini akan membantu Anda dan siswa Anda dalam merencanakan, membuat, dan menangkap visual.












DAFTAR PUSTAKA
Clark, R. C. & Lyons, C. Graphics for learning. (San Francisco: Pfeiffer, 2004)
DeLoache, j. S. Mindful of symbols. Scientific Anerican, 2005
Dewey,J.My pedagogic is creed, Article 4, the nature of method. School jurnal (january), 1897
Dwyer, F. M. Strategis for imporving visual learning. State College, (PA: Learning Services, 1978)
Faiola, A. Typography primer. Pitts burgh, (PA: GATF, 2000)
Jeng, H., Chandler, P., & Sweller,J. The role of visual indicators in dual sensory mode instruction. Education Psychology, 1997







Share:

TIGA PERIODE DALAM PERKEMBANGAN ISLAM

TIGA PERIODE DALAM PERKEMBANGAN ISLAM
Pendidikan Islam berkembang dengan pesat sejak dari peninggalan Rasulullah hingga sampai pada masa kita saat ini. Banyak para tokoh Pendidikan Islam yang tampil sebagai pembaharu. Dalam tulisan ini dibedakan menjadi tiga generasi, yaitu: 
A.  Abad Klasik
Abad klasik merupakan masa dimana awal mulanya sebuah peradaban. Tokoh – tokoh dalam abad Klasik, yaitu :
1.    Al- Ghazali
a.    Biografi Singkat
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghazali. Ia dilahirkan di Thus, sebuah kota di Khurasan, Persia, pada tahun 450 H / 1058 M. Imam Ghazali sejak kecil dikenal sebagai pecinta ilmu pengetahuan dan penggandrung mencari kebenaran yang hakiki, sekalipun diterpa duka cita, dilanda aneka rupa duka nestapa dan sengsara.
Al-Ghazali pada masa kanak-kanak belajar Fiqh kepada Ahmad ibn Muhammad ar-Radzakani, kemudian beliau pergi ke Jurjan berguru kepada Imam Abu Nashr al-Ismaili. Setelah itu ia menetap lagi di Thus untuk mengulang-ulang pelajaran yang diperolehnya dari Jurjan.
b.    Karya-karya
Di tengah-tengah kesibukannya mengajar di Bahgdad Al-ghazali masih sempat mengarang sejumlah kitab, seperti: Al Basitb, Al Wasitb, Al Wajiz, Khulasbab Ilmu Fiqh, Al-Munqil fi ilm al-jadal (Ilmu Berdebat), Ma’kbadz al-khalaf, Luba al-Nadzar, Tasbin al-Ma’akbidz dan Al-Mabadi’ wa al-Ghayat fi Fann al-Khalaf.
c.    Pemikiran Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali harus mengarah kepada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak, dengan titik penekanannya pada Perolehan keutamaan dan taqarrub kepada Allah dan bukan untuk mencari kedudukan yang tinggi atau mendapatkan kemegahan dunia. Sebagaimana yang dikutip Athiyyah Al-abrasyi bahwa Imam Ghazali berpendapat “sesungguhnya tujuan dari pendidikan ialah mendekatkan diri kepada Allah Azza Wa Jalla”.
Al-Ghazali tidak membedakan antara ilmu dengan Ma’rifah seperti tradisi umum kaum sufi. Memang ia pernah menyebutkan bahwa secara etimologi, ada sedikit perbedaan antara keduanya, dan ia tidak keberatan atas pemakaian tema Ma’rifah untuk konsep (tasawuf), dan ‘ilm untuk assent (tasqiq). Akan tetapi dalam berbagai kitabnya, ia sering memakai dua terma itu sebagaiu arti yang sama.
Dari hasil studi terhadap pemikiran Al-Ghazali dapat diketahui dengan jelas, bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai melalui kegiatan pendidikan ada dua. Yaitu, tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah dan kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan didunia dan akhirat. Karena itu ia bercita-cita mengajarkan manusia agar mereka sampai pada sasaran-sasaran yang merupakan tujuan akhir pendidikan itu. Tujuan ini tampak bernuansa religius dan moral, tanpa mengabaikan masalah duniawi.
Konsep kurikulum yang dikemukakan Al-Ghazali terkait erat dengan konsepnya mengenai ilmu pengetahuan. Dalam pandangan Al-Gahazali ilmu terbagi kepada tiga bagian yaitu; Pertama, ilmu yang terkutuk baik sedikit manfaatnya, baik di dunia maupun diakhirat, seperti ilmu sihir, ilmu nujum maupun ilmu ramalan. Al-Ghazali menilai ilmu tersebut tercela karena ilmu-ilmu tersebut terkadang dapat menimbulkan mudharat baik bagi yang memilikinya maupun bagi orang lain. Kedua, ilmu yang terpuji baik sedikit maupun banyak, yaitu ilmu yang erat kaitannya dengan peribadatan dan macam-macamnya, seperti ilmu yang berkaitan dengan kebersihan diri dari cacat dan dosa serta ilmu yang dapat menjadi bekal bagi seseorang untuk mengetahui yang baik dan melaksanakannya. Ketiga, ilmu-ilmu yang terpuji dalam kadar tertentu atau sedikit, dan tercela jika dipelajarinya secara mendalam, karena dengan mempelajarinya secara mendalam itu dapat menyebabkan terjadinya kekecauan dan kesemrawutan antara keyakinan dan keraguan. Dalam menyusun kurikulum pelajaran, Al-Ghazali memberi perhatian khusus pada ilmu-ilmu agama dan etika sebagaimana yang dilakukannya terhadap ilmu-ilmu yang sangat menentukan bagi kehidupan masyarakat.

2.    Ibn Sina
a.    Biografi Singkat
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Ali Al-Husayn Ibn Abdullah. Di barat populer dengan sebutan Avicenna. Beliau lahir pada tahun 370 H / 980 M di Afshana, suatu daerah yang terletak di dekat Bukhara, di kawasan Asia tengah. Ayahnya bernama Abdullah dari Balkan, Suatu kota termasyhur dikalangan orang-orang Yunani. Diwafatkan di Hamdzan-sekarang Iran, persia. Pada tahun 428 H (1037 M) alam usia yang ke 58 tahun, dia wafat karena terserang penyakit usus besar.
Tampilnya Ibn Sina selain sebagai ilmuwan yang terkenal di dukung oleh tempat kelahirannya sebagai ibu kota kebudayaan, dan orang tuanya yang dikenal sebagi pejabat tinggi, juga karena kecerdasan yang luas biasa. Sejarah mencatat, bahwa Ibn Sina memulai pendidikannya pada usia lima tahun di kota kelahirannya, Bukhoro. Pengetahuan yang pertama kali ia pelajar adalah membaca Al-qur’an. Setelah itu ia melanjutkan dengan mempelajari ilmu-ilmu agama Islam seperti Tafsir, Fiqh, Ushuluddin dan lain-lain. Berkat ketekunan dan kecerdasannya, ia berhasil menghafal Al-qur’an dan menguasai berbagai cabang ilmu keislaman pada usia yang belum genap sepuluh tahun.
b.    Karya-karya
Karya tulis Ibn Sina seperti kitab As-syifa’, An-Najab dan Al-Qanun fi al-Thibb.
c.    Pemikiran Pendidikan
Menurut Ibnu Sina, bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti. Selain itu juga harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seorang agar dapat hidup dimasyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan, dan potensi yang dimilikinya.
Konsep kurikulum yang ditawarkan Ibn Sina memiliki tiga ciri. Pertama, konsep kurikulum Ibn Sina tidak hanya terbatas pada sekedar menyusun sejumlah mata pelajaran, melainkan juga disertai dengan penjelasan tentang tujuan dari mata pelajaran tersebut, dan kapan mata pelajaran itu harus diajarkan. Selain itu Ibn Sina juga sangat mempertimbangkan aspek psikologis, yakni minat dan bakat para siswa dalam menentukan keahlian yang akan dipilihnya. Dengan cara demikian seorang siswa akan merasa senang atau tidak terpaksa dalam mempelajari suatu ilmu atau keahlian tertentu. Kedua, bahwa strategi penyusunan kurikulum yang ditawarkan Ibn Sina juga didasarkan pada pemikiran yang bersifat pragmatis fungsional. Ketiga, strategi pembentukan kurikulum Ibn Sina tampak sangat dipengaruhi oleh pengalaman yang terdapat dalam dirinya. Dengan melihat ciri-ciri tersebut dapat dikatakan bahwa konsep kurikulum Ibn Sina telah memenuhi persyaratan penyusunan kurikulum yang dikehendaki masyarakat modern saat ini.
3.    Ibn Miskawaih
a.    Biografi Singkat
Nama lengkapnya adalah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ya’qub Ibn Miskawaih. Ia lahir pada tahun 320 H / 932 M, di Rayy, dan meninggal di Isfahan pada tanggal 9 Shafar tahun 412 H / 16 Februari 1030 M. Ibn Miskawaih hidup pada masa pemerintahan Dinasti Buwaihi (320-450 H / 932-1062 M). Yang sebagian besar permukaannya bermazhab syi’ah. 
Dari segi latar belakang pendidikannya, tidak dijumapi data sejarah yang rinci. Namun dijumpai keterangan bahwa ia mempelajari sejarah dari Abu Bakr Ahmad Ibn Kamil al-Qadi mempelajari filsafat dari Ibn al-Akhmar, dan mempelajari kimia dari Abu Thayyib. Dalam bidang pekerjaan, tercatat bahwa pekerjaan utama Ibn Miskawaih adalah bendaharawan, sekretaris, pustakawan dan pendidi anak para pemuka dinasti Buwaihi.
b.    Karya-karya
Diantara karya tulisnya adalah Risalah fi al-lazzat wa al-Alam, Risalah fi at-Thabi’at, Risalah fi Jaubar an-Nafs, Maqalat an-Nafs wa al’-Aql, Fi Isbat as-Shuwar al-Rubaniyat allati la Yabula Lana, min Kitab al-‘Aql wa al-Ma’qul, Ta’rif li Miskawaib Yumayyizu bihi bain ad-Dabr wa az-Zaman, Tahzib al-Akhlaq wa Tahhir al-A’raq dan Risalah fi Jawab fi Su’ali li  ‘Ali ibn Miakawaih Ila Abi Hayyan as-Shauli fi Haqiqat al-‘Adl.
c.    Pemikiran Pendidikan
Ibn Miskawaih membangun konsep pendidikan yang bertumpu pada pendidikan akhlak. Disini terlihat dengan jelas bahwa karena dasar pemikiran Ibn Miskawaih dalam bidang akhlak. Maka konsep pendidikan yang dibangunnya pun adalah pendidikan akhlak. Tujuan pendidikan akhlak yang dirumuskan Ibn Miskawaih adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan sejati dan sempurna.
Untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, Ibn Miskawaih menyebutkan beberapa hal yang perlu dipelajari, diajarkan atau dipraktekkan. Materi yang dimaksud oleh Ibn Miskawaih diabdikan pula sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT. Ibn Miskawaih menyebutkan 3 hal pokok yang dapat dipahami sebagai materi pendidikan akhlaknya. Tiga hal pokok tersebut adalah hal-hal yang wajib bagi kebutuhan manusia, hal-hal yang wajib bagi jiwa, dan hal-hal yang wajib bagi hubungannya dengan sesama manusia. Materi pendidikan akhlak yang wajib bagi kebutuhan manusia disebut oleh Ibn Miskawaih antara lain shalat, puasa, dan sa’i. Selanjutnya materi pendidikan akhlak yang wajib dipelajari bagi keperluan jiwa dicontohkan oleh Ibn Miskawaih dengan pembahasan tentang akidah yang benar, mengesakan Allah dengan segala kebesarannya serta motivasi untuk senang kepada ilmu. Adapun materi yang terkait dengan keperluan manusia terhadap manusia lain, dicontohkan dengan materi ilmu muamalat, pertanian, perkawinan dan lain-lain.
4.    Al-Qabisi
a.    Biografi Singkat
Abu al-Hasan Ali bin Muhamad Khalaf al-Ma’afiri al-Qabisi, Lahir di Kairawan, Tunisia, bulan Rajab 224 H, bertepatan dengan 13 Mei 936 M. mengenai gelar al-Qabisi, menurut Al-Qdhi’iyah bahwa Abu Hasan (al-Qabisi) bukan berasal dari kabilah al-Qabisi, akan tetapi karena pamannya selalu mengenakan sorban rapat-rapat dikepalanya, dan perbuatan ini dianggap bertentangan dengan kebiasaan orang Qabisi, maka ia diberi gelar al-Qabisi.
Riwayat pendidikan Al-Qabisi terjadi pada masa perantauannya dibeberapa Negara timur tengah, diantaranya Mesir. Afrika Utara, dan Tunisia pada tahun 353H/063M selama lima tahun. Wafat 3 rabi’ul awal 403H/23 oktober 1012M.
Di mesir ia berguru kepada salah seorang ulama di iskandariyah, di afrika utara ia memperdalam ilmu agama dan hadits dari ulama terkenal, seperti: Abul Abbas al-Ibyani, dan Abu hasan bin Masruf ad-Dhibaghi dan Abu Abdillah bin Masrur Al-Ass’ali. Ketika ia berada ditunisia ia belajar ilmu Fiqh kepada ulama mazhab Malikiyah, sehingga ia menjadi ahli fiqh. Beberapa pengamat sepakat bahwa al-Qabisi adalah ulama yang terkemuka pada zamannya dalam bidang fiqh dan hadits. Dengan demikian corak pemikiran keislaman bersifat normative, dengan corak tersebut maka acuan yang digunakan al-Qabisi dalam merumuskan pemikirannya dalam bidang pendidikan berparadigma fiqh dengan berdasarkan Qur’an dan Hadits.
b.    Karya-karya
Salah satu karyanya dalam bidang pendidikan yang berjudul Ahwal al-Muta’allimin wa Ahkam al-Mua’alliin wa al-Muta’allimin.
c.    Pemikiran Pendidikan
Konsep pendidikan yang ditawarkan oleh al-Qabisi pada inti adalah pendidikan anak-anak. Al-qabisi memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan anak-anak yang berlangsung dikutub-kutub. Menurutnya bahwa mendidik anak-anak merupakan upaya amat strategis dalam rangka menjaga kelangsungan bangsa dan negara. Oleh karena itu pendidikan anak harus dilaksanakan dengan penuh kesungguhan dan ketekunan yang tinggi. Tujuan pendidikan al-qabisi menghendaki agar pendidikan dn pengajaran dapat menumbuhkan kembangkan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai islam yang benar. pendidikan akhlak. Al-Qabisi tidak hanya sebatas pada pendidikan akhlak saja namun juga pengetahuannya tentang agama harus diperdalam, dan juga pelajaran yang mendukung agar anak didik lebih mudah memahami agama islam denga benar. Pelajaran yang mendukung anak didiknya diantaranya adalah bahasa arab, ilmu hitung, syi’ir, ilmu nahwu dan lain sebagainya. Pendidikan tersebut adalah bersifat akherati, al-Qabisi juga memperhatikan pendidikan yang bersifat duniawi, diantaranya adalah memeberikan pelajaran keterampilan, dan keahlian pragmatis agar nantinya seorang anak didik tersebut dapat mencari nafkah untuk kebutuhan hidupnya dan juga didasari landasan takut kepada Allah SWT.
B.  Abad Pertengahan
Pada masa pertengahan, yakni antara tahun 1250-1800 M adalah fase kemunduran dari intelektual umat Islam, karena filsafat mulai dijauhkan dari umat Islam, sehingga ada kecenderungan akal dipertentangkan dengan wahyu, iman dengan ilmu, dunia dengan akhirat. Di zaman ini, desentralisasi dan disintegrasi bertambah meningkat yang berakibat pada hilangnya khilafah secara formil. Islam tidak lagi mempunyai khalifah yang diakui oleh semua umat sebagai lambang persatuan dan ini berlaku sampai kerajaan Usmani mengangkat khalifah baru di Istanbul di abad ke-16. Jadi dapat penulis simpulkan bahwa, Abad pertengahan merupakan masa berkembangnya epistemologi (pengetahuan) dalam sebuah peradaban. Yang dimana muncullah para pemikir pendidikan dalam abad pertengahan, yaitu :


1.    Ibn Kaldun
a.    Biografi Singkat
Ibnu Khaldun lahir di Tunisia, Afrika Utara, 27 Mei 1332 (Faghirzadeh,1982). Ibn Khaldun merupakan pemikir dari dunia Arab, di saat dunia Arab mengalami kemandegan. Ibn Khaldun yang bernama lengkap Abu Zaid Abd-Ar-Rahman Ibn Khaldun, seorang sajarawan besar Islam pada abad pertengahan. Ibn Khaldun dilahirkan pada 27 Mei 1332 (1 Ramadhan 732 H) di Tunis. Lahir dari keluarga terdidik, Ibnu Khaldun mengenyam pendidikan Al-Qur’an, matematika, dan sejarah. Sepanjang hayatnya, ia mengabdi kepada Sultan Tunisia, Maroko, Spanyol dan Aljazair sebagai Duta Besar, penghulu kerajan dan anggota dewan cendikiawan. Ia pun menghabiskan waktu selaama dua tahun di penjara Maroko karena kenyakinannya bahwa penguasa negara bukanlah pemimpin agama. Setelah kira-kira dua dasawarsa menjalankan aktivitas politik, Ibnu Khaldun kembali ke Afrika Utara, tempat ia melakukan studi dan menulis secara intensif selama lima tahun. Karya yang dihasilkan selama kurun waktu tersebut melambungkan namanya dan membawanya menjadi dosen di pusat studi Islam, Masjid Universitas Al-Azhar di Kairo. Dalam kuliah masyarakat dan sosiologi yang banyak menarik minat itu, Ibnu Khaldun menegaskan arti penting kesinambungan pemikiran sosiologi dengan pengamatan sejarah.
Sampai dengan ia wafat tahun 1406, Ibnu Khaldun telah menghasilkan banyak karya penting yang mengandung gagasan-gagasan yang memiliki kesamaan dengan sosiologi kontemporer.
b.    Karya-karya
1)   Untuk buku pertamanya adalah Lubab al-muhassal.
2)   Sebelum menulis kitab al-I’bar, ada satu karyanya yaitu Shifa’al-sa’il yang ia tulis selama ia singgah di fez. 
3)   Kitab Muqaddimah. 
4)   Kitab al-‘Ibar, wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar, fi Ayyam al-‘Arab wa al-‘Ajam wa al-Barbar, wa man Asharuhum min dzawi as-Sulthani al-‘Akbar. (Kitab Pelajaran dan Arsip Sejarah Zaman Permulaan dan Zaman Akhir yang mencakup Peristiwa Politik Mengenai Orang-orang Arab, Non-Arab, dan Barbar, serta Raja-raja Besar yang Semasa dengan Mereka)
5)   Kitab al-Ta’rif bi Ibnu Khaldun wa Rihlatuhu Syarqon wa Ghorban atau disebut al-Ta’rif, dan oleh orang-orang Barat disebut dengan Autobiografi
c.    Pemikiran Pendidikan
1)   Tujuan Pendidikan
Menurut Ibn Khaldun, tujuan pendidikan beraneka ragam dan bersifat universal. Diantara tujuan pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:
a)    Tujuan Peningkatan Pemikiran
Ibn Khaldun memandang bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah memberikan kesempatan kepada akal untuk lebih giat dan melakukan aktivitas. Hal ini dapat dilakukan melalui proses  menuntut ilmu dan ketrampilan. Dengan menuntut ilmu dan kertrampilan, seseorang akan dapat meningkatkan kegiatan potensi akalnya. Disamping itu, melalui potensinya akan mendorong manusia untuk memperoleh dan melestarikan pengertahuan. Atas dasar pemikiran tersebut, tujuan pendidikan menurut Ibn Khaldun adalah peningkatan kecerdasan manusia dan kemampuannya berfikir. Dengan kemampuan tersebut, manusia akan dapat meningkatkan pengetahuannya dengan cara memperoleh lebih banyak warisan pengetahuan pada saat belajar.
b)   Tujuan peningkatan kemasyarakatan
Dari segi peningkatan kemasyarakatan, Ibn Khaldun berpandapat bahwa ilmu dan pengajaran adalah lumrah bagi peradaban manusia. Ilmu dan pengajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat manusia kearah yang lebih baik.
c)    Tujuan pendidikan dari segi keruhanian
Tujuan pendidikan dari segi keruhanian adalah dengan meningkatkankeruhanian manusia dengan menjalankan praktik ibadat, dzikir, khalwat (menyendiri) dan mengasingkan diri dari khalayak ramai sedapat mungkin untuk tujuan ibadah sebagaimana yang dilakukan oleh para sufi.
2)   Kurikulum Pendidikan dan Klasifikasi Ilmu
Ibn Khaldun membuat klasifikasi ilmu dan menerangkan pokok bahasannya bagi peserta didik. Ia menyusun kurikulum yang sesuai sebagai salah satu sarana untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Hal ini dilakukan karena kurikulum dan sistem pendidikan yang selaras dengan akal dan kejiwaan peserta didik akan menjadikan mereka enggan dan malas belajar.
Berkenaan dengan hal itu ibn Khaldun membagi ilmu menjadi tiga macam. Pertama kelompok ilmu lisan (bahasa), kedua kelompok ilmu naqli: ilmu yang diambil dari kitab suci dan sunnah Nabi. Ketiga, kelompok ilmu aqli: ilmu-ilmu yang diperoeh manusia melalui kemampuan berfikir.
3)   Prinsip-Prinsip Dalam Proses Belajar Mengajar
Ibn Khaldun telah meletakkan prinsip-prinsip proses belajar mengajar sebagai suatu hal yang sangat mendasar dalam mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa. prinsip-prinsip tersebut secara garis besarnya meliputi beberapa hal sebagai berikut:
a)    Adanya penahapan dan pengulangan secara berproses, yang harus disesuaikan dengan kemampuan siswa dan tema-tema yang diajarkan secara bersamaan.
b)   Tidak membebani pikiran siswa. Dalam masalah ini Ibnu Khaldun menyetakan, bahwa pemikiran manusia tumbuh dan berkembang secara berproses (bertahap).
c)    Tidak pindah dari satu materi kemateri lain sebelum siswa memahaminya secara utuh. Seorang guru tidak dianjurkan berpindah pada materi yang baru sebelum ia yakin bahwa siswanya telah paham terhadap materi pelajaran yang lalu. Hal tersebut ditandai dengan bertambahnya tingkat kemampuan yang dimiliki oleh seorang siswa dan daya kesiapan yang dimilikinya.
d)   Lupa merupakan hal biasa dalam belajar, dan solusinya adalah dengan sering mengulang dan mempelajarinya kembali. Ibnu Khaldun dengan prinsip belajar-mengajarnya, menghendaki agar seorang guru juga memperhatikan terhadap proses pendidikan potensi yang dimiliki seorang siswa.
e)    Tidak bertindak keras terhadap siswa. Menurut Ibnu Khaldun tindakan keras atau kasar terhadap siswa dapat menyebabkan munculnya sikap rendah diri, dan mendorong seseorang memiliki perilaku dan kebiasaan buruk.
    
2.    Burhannudin Az-zarnuji
a.    Biografi Singkat
          Az-Zarnuji memiliki nama lengkap yaitu Burhanuddin al-Islam Az-Zarnuji, almarhum hidup pada akhir ke-12 dan awal abad 13 yang kira-kira tahun 591-640H/1195-1243 M). Pada zamannya beliau terlihat perkembangan pendidikan Islam berpusat pada pada kota Bukhara dan Samarkan, pusat-pusat bergulirnya proses pendidikan waktu itu masih memakai Mesjid-mesjid sebagai lembaga institusi pendidikan.
          Pemikiran Burhanuddin Az-Zarnuji tertuang dengan jelas pada kitabnya yang berjudul Ta'allimu Ta'allim Thuruq al-Ta'allum(bimbingan bagi penuntut ilmu pengetahuan)[3], dalam kitab ini terlihat bahwa telah membut tentang konsep pendidikan sampai pada metode, prinsfi belajar, strategi belajar, dan subtansi dari kaitan ini adalah kajian tentang penanaman moral.
b.    Karya-karya
Az-zarnuji mempunyai karya sebuah kitab ta’lim al-muta’allim thuruq al-ta’allum
c.    Pemikiran Pendidikan
            Konsep pendidikan yang dikemukakan az-zarnuji secara monumentul dituangkan dalam karyanya ta’lim al-muta’allim thuruq al-ta’allum. Dari kitab tersebut dapat diketahui tentang konsep pendidikan islam yang dikemukakan oleh az-zarnuji. Kitab ini secara umum mencakup tiga belas pasal yang singkat-singkat, yaitu : (1). Pengertian ilmu dan keutamaannya, (2). Niat dikala belajar, (3). Memilih ilmu, guru, dan teman serta ketabahan dalam belajar, (4). Menghormati ilmu dan agama, (5). Ketekunan, kontiunitas dan cita-cita luhur, (6). Permulaan dan intensitas belajar serta tata tertibnya, (7). Tawakkal kepada Allah, (8). Masa belajar, (9). Kasih sayang dan memberi nasihat, (10). Mengambil pelajaran, (11).wara (menjaga diri dari yang haram dan syubhat), (12). Penyebab hafal dan lupa, dan (13). Masalah rezeki dan umur.
          Dari ketiga belas pasal tersebut dapat disimpilkan kedalam tiga bagian besar. Sebuah analisa yang diajukan abdul muidh khan dalam bukunya the muslim theories of education during the ages, menyimpulkan bahwa inti kitab ini mencakup tiga hal bidang pendidikan yaitu :
1)   Pembagian Ilmu
          Az-zarnuji membagi ilmu pengetahuan kedalam dua hal kategori. Pertama ilmu fardhu ‘ain, yaitu ilmu yang setiap muslim secara individual wajib mempelajarinya, seperti ilmu fiqh dan ilmu ushul (dasar-dasar agama). Kedua  ilmu fardhu kifayah, yaitu ilmu dimana setiap umat islam sebagai suatu komunitas, buan sebagai individu diharuskan menguasainya, seperti ilmu pengobatan, ilmu astronomi dan lain sebagainya.
2)   Tujuan Dan Niat Belajar
          Mengenai tujuan dan niat belajar, az-zarnuji mengatakan bahwa niat yang benar dalam belajar adalah yang ditunjukkan untuk mencari keridhaan Allah, memperoleh kebahagiaan diakhirat, berusaha memerangi kebodohan pada diri sendiri dan orang lain, mengembangkan dan melestarikan ajaran islam, serta mensyukuri nikmat Allah. Jika masalah niat sudah benar, maka ia akan merasakan kelezatan ilmu dan amal, serta akan semakin berkuranglah kecintaannya terhadap benda dan dunia.
3)   Metode Pembelajaran
          Dari segi pembelajaran yang dimuat az-zarnuji dalam kitabnya mencakup dua kategori, yaitu; pertama, metode yang bersifat etik antara lain mencakup niat dalam belajar, sedangkan yang kedua, metode bersifat teknik strategi meliputi cara memilih pelajaran, memilih guru, memilih teman dan langkah-langkah dalam belajar.

3.    Ibn Jama’ah
a.    Biografi singkat
          Nama lengkap beliau adalah Badrudin Muhammad ibn Ibrahim ibn Sa’ad Allah ibn Jama’ah ibn Hazim ibn Shakhr ibn Abd Allah al-Kinany. Beliau lahir di Hanwa, Mesir pada malam sabtu, tanggal 4 Rabi’ul akhir, pada 639 H / 1241 M. Kemudian di usianya yang memasuki 64 tahun, beliau wafat pada pertengahan malam akhir hari senin, tanggal 21 Jumadil Ula tahun 733 H / 1333 M, dan dimakamkan di Qirafah Mesir.
 Pendidikan awal beliau berasal dari ayahnya, Ibrahim Sa’ad Allah ibn Jama’ah yang tak lain seorang ulama besar ahli fiqih dan sufi. Selain itu ia pun pernah berguru kepada sejumlah ulama, diantaranya : ketika berada di Hammah ia berguru kepada syaikh as-syuyukh ibn izzun, ketika di Damaskus ia berguru kepada Abi al-yasr, dan ketika di Kairo ia berguru kepada salah seorang ulama yaitu Taqy ad-Din ibn Razim. Berkat menempuh beberapa pengalaman pendidikan, Ibn Jama’ah kemudian berhasil menjadi seorang ahli hukum, ahli pendidikan, juru dakwah, penyair, ahli tafsir, ahli hadits, dan masih banyak lagi sejumlah keahlian yang beliau miliki.
          Ibn Jama’ah hidup pada masa dinasti ayyubiyah dan mamluk. Dinasti ayyubiyah dipimpin oleh Shalahuddin al-ayyubiyang menggantikan dinasti fathimiyah di mesir. Namun pada masa itu, dinasti ayyubiyah ini jatuh ke tangan dinasti mamluk. Dinasti mamluk ini dipimpin oleh seorang sultan yang pertama yaitu Abyak dan sultannya yang terkenal berhasil mengalahkan Hulagu Khan yaitu Sultan Baybars. Dengan usaha yang dilakukan sultan Baybars, mesir tidak mengalami kehancuran sebagaimana yang dialami negeri islam lainnya.
b.    Karya-karya
          Ibn jama’ah menulis beberapa kitab yaitu : kitab tadzkirat as-sami’wa al-mutakallimin fi abad al-alim wa a-muta’ilim, kitab al-munhil al-rawy fi ‘ulum al-hadits al-nabawy, kitab idlah ad-dalil fi qath’i hujaj ahl-tawil.


c.    Pemikiran Pendidikan
Konsep pendidikan yang dikemukakan Ibnu Jama’ah secara keseluruhan dituangkan dalam karyanya Tadzkirat as-Sami’ wa al-Mutakallim fi Adab al-Alim wa al-Muta’allim. Dalam buku tersebut beliau mengemukakan tentang keutamaan ilmu pengetahuan dan orang yang mencarinya. Keseluruhan konsep pendidikan Ibnu Jama’ah ini dapat dikamukakan sebagai berikut:
1)   Konsep Guru / Ulama. Menurut Ibnu Jama’ah ulama sebagai mikro cosmos manusia dan secara umum dapat dijadikan sebagai tipologi makhluk terbaik (khairul Bariyyah). Beliau menawarkan sejumlah kriteria yang harus dimiliki oleh seseorang yang akan menjadi guru. Pertama, menjaga akhlaq. Kedua, tidak menjaikan profesi guru sebagai usaha untuk menutupi kebutuhan ekonominya. Ketiga, mengetahui situasi sosial kemasyarakatan. Keempat, kasih sayang dan sabar. Kelima, adil dalam memperlakukan peserta didik. Keenam, menolong dengan kemampuan yang dimilikinya. Dari keenam kriteria tersebut, yang menarik adalah tentang tidak bolehnya profesi guru dijadikan sebagai usaha mendapatan keuntungan material. Ibnu Jama’ah berpendapat demikian sebagai konsekuensi logis dari konsepsinya tentang pengetahuan. Bagi beliau ilmu sangat agung lagi luhur, bahkan bagi pendidik menjadi kewajiban tersendiri untuk mengagungkan pengetahuan tersebut, sehingga pendidik tidak menjadikan pengetahuannya itu sebagai lahan komoditasnya, dan jika hal itu dilakukannya berarti telah merendahkan keagungan pengetahuan (ilmu).
2)   Peserta Didik. Menurut Ibnu Jama’ah, peserta didik yang baik adalah mereka yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan untuk memilih, memutuskan, dan mengusahakan tindakan-tindakan belajar secara mandiri. Selain itu Ibnu Jama’ah tampak sangat menekankan tantang pentingnya peserta didik mematuhi perintah pendidik, ia berpendapat bahwa pendidik meskipun salah ia harus tetap dipatuhi, peserta didik juga tidak dibenarkan untuk mempunyai gagasan yang tidak sejalan dengan pendidik. Pemikiran Ibnu Jama’ah tentang peserta didik ini nampak kurang demokratis, namun pandangan ini tampak didasarkan pada sikapnya yang konsisten dalam memandang guru atau ulama sebagai orang yang memiliki kapasitas keilmuan yang patut di prioritaskan daripada peserta didik. Namun demikian beliau sangat mendorong para siswa untuk mengembangkan kemampuan akalnya, yaitu agar tekun dan betul-betul giat dalam mengasah kecerdasan akalnya, serta menyediakan waktu tertentu untuk pengembangan daya intelektualnya.
3)   Materi Pelajaran / Kurikulum. materi pelajaran yang dikemukakan oleh Ibnu Jama’ah terkait dengan tujuan belajar, yaitu semata-mata menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan tidak untuk mencari kepentingan dunia atau materi. Tujuan semacam inilah yang merupakan esensi dari tujuan pendidikan Islam yang sesungguhnya. Materi pelajaran yang diajarkan harus dikaitkan dengan etika dan nilai-nilai spiritualitas. Dengan demikian, ruang lingkup epistimologi persoalan yang dikaji oleh peserta didik semakin luas, yaitu meliputi epistimologi kajian keagamaan, dan epistimologi di luar wilayah keagamaan (sekuler). Namun demikian kajian sekuler tersebut harus mengacu kepada tata nilai religi. Apabila dibedakan berdasarkan muatan materi dari kurikulum yang dikembangkan Ibnu Jama’ah ada dua hal yang dapat dipertimbangkan. (1) Kurikulum dasar yang menjadi acuan dan paradigma pengembangan disiplin lainnya (kurikulum agama dan kebahasaan). (2) Kurikulum pengembangan yang berkenaan dengan materi non-agama, tetapi tinjauan yng dipakai adalah kurikulum pertama. Dengan demikian kurikulum yang pertama ini dapat memberikan corak bagi kurikulum kedua yang bersifat pengembangan. Selanjutnya Ibnu Jama’ah memprioritaskan kurikulum Al-Qur’an daripada yang lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Muhammad Fadhil al-Jamali yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah kitab terbesar yang menjadi sumber filasafat pendidikan dan pengajaran bagi umat Islam serta Al-Hadits untuk melengkapinya.
4)   Metode Pembelajaran. konsep Ibnu Jama’ah tentang metode pembelajaran banyak ditekankan pada hafalan ketimbang dengan metode lain. Metode hafalan memang kurang memberikan kesempatan pada akal untuk mendayagunakan secara maksimal proses berfikir, akan tetapi, hafalan sesungguhnya menantang kemampuan akal untuk selalu aktif dan konsentrasi dengan pengetahuan yang didapat. Selain metode ini, beliau juga menekankan tentang pentingnya menciptakan kondisi yang mendorong kreativitas para siswa, menurut beliau kegiatan belajar tidak digantungkan sepenuhnya kepada pendidik, untuk itu perlu diciptakan peluang-peluang yang memungkinkan dapat mengembangkan daya kreasi dan daya intelek peserta didik.
5)   Lingkungan Pendidikan. Para ahli pendidikan sosial umumnya berpendapat bahwa perbaikan lingkungan merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. Sejalan dengan hal diatas Ibnu Jama’ah memberikan perhatian yang besar terhadap lingkungan. Menurutnya bahwa lingkungan yang baik adalah lingkungan yang didalamnya mengandung pergaulan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etis. Pergaulan yang ada bukanlah pergaulan bebas, tetapi pergaulan yang ada batas-batasnya. Lingkungan memiliki peranan dalam pembentukan keberhasilan pendidikan. Keduanya menginginkan adanya lingkungan yang kondusif untuk kegiatan belajar mengajar, yaitu kondisi lingkungan yang mencerminkan nuansa etis dan agamis.

C.  Abad Modern
Periode Modern (1800 M – dan seterusnya) merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Jatuhnya Mesir ke tangan Barat mengilhami kebangkitan. Raja-raja dan pemuka-pemuka Islam mulai memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali. Pada periode ini, muncul banyak para pemikir Islam yang handal. Mereka menjadi pioner pembaharuan dalam Islam. Ajaran Islam dirasionalisasikan dan difahami dalam konteks ke-kini-an dan kemodernan. Islam difahami tidak hanya difahami dari sudut pandang lokal, tetapi juga dalam perspektif universal dan kontekstual.  Jadi dapat penulis simpulkan bahwa, Abad modern merupakan masa berkembangnya peradaban dan pembaharuan pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman. Yang memicu timbulnya tokoh pembaharu (modernis) para pemikir pendidikan dalam abad modern, yaitu :
1.    K.H Ahmad Dahlan
a.    Biografi singkat
Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya.
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
Pada tahun 1909 Kiai Dahlan masuk Boedi Oetomo - organisasi yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau memberikan pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota. Pelajaran yang diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo sehingga para anggota Boedi Oetomo ini menyarankan agar Kiai Dahlan membuka sekolah sendiri yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat permanen. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari nasib seperti pesantren tradisional yang terpaksa tutup bila kiai pemimpinnya meninggal dunia.
Saran itu kemudian ditindaklanjuti Kiai Dahlan dengan mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Muhammadiyah pada 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330). Organisasi ini bergerak di bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Melalui organisasi inilah beliau berusaha memajukan pendidikan dan membangun masyarakat Islam.

b.    karya-karya
1)   Rukuning Islan lan Iman.
2)   Aqaid, Salat, Asmaning Para Nabi kang selangkung.
3)   Nasab Dalem Sarta Putra Dalem Kanjeng Nabi.
4)   Sarat lan Rukuning Wudhu Tuwin salat.
5)   Rukun lan Bataling Shiyam.
6)   Bab Ibadah lan Maksiyating Nggota utawi Poncodriyo.

c.    Pemikiran pendidikan
Pendidikan menurut K.H. Ahmad Dahlan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan umat. Upaya mengaktualisasikan gagasan tersebut maka konsep pendidikan K.H. Ahmad Dahlan ini meliputi:
1)   Tujuan Pendidikan
Menurut K.H. Ahmad Dahlan, pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Tujuan pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari tujuan pendidikan yang saling bertentangan pada saat itu yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan sekolah model Belanda. Di satu sisi pendidikan pesantren hanya bertujuan utnuk menciptakan individu yang salih dan mendalami ilmu agama. Sebaliknya, pendidikan sekolah model Belanda merupakan pendidikan sekuler yang didalamnya tidak diajarkan agama sama sekali.
Melihat ketimpangan tersebut KH. Ahamd Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spritual serta dunia dan akhirat. Bagi K.H. Ahmad Dahlan kedua hal tersebut (agama-umum, material-spritual dan dunia-akhirat) merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Inilah yang menjadi alasan mengapa KH. Ahmad Dahlan mengajarkan pelajaran agama dan ilmu umum sekaligus di Madrasah Muhammadiyah.
2)   Materi pendidikan
              Menurut Dahlan, materi pendidikan adalah pengajaran Al-Qur’an dan Hadits, membaca, menulis, berhitung, Ilmu bumi, dan menggambar. Materi Al-Qur’an dan Hadits meliputi; Ibadah, persamaan derajat, fungsi perbuatan manusia dalam menentukan nasibnya, musyawarah, pembuktian kebenaran Al-Qur’an dan Hadits menurut akal, kerjasama antara agama-kebudayaan-kemajuan peradaban, hukum kausalitas perubahan, nafsu dan kehendak, Demokratisasi dan liberalisasi, kemerdekaan berpikir, dinamika kehidupan dan peranan manusia di dalamnya, dan akhlak (budi pekerti).
3)   Metode Mengajar
Di dalam menyampaikan pelajaran agama K.H. Ahmad Dahlan tidak  menggunakan pendekatan yang tekstual tetapi kontekstual. Karena pelajaran agama tidak cukup hanya dihafalkan atau dipahami secara kognitif, tetapi harus diamalkan sesuai situasi dan kondisi.
Cara belajar-mengajar di pesantren menggunakan sistem Weton dan Sorogan, madrasah Muhammadiyah menggunakan sistem masihal seperti sekolah Belanda. Bahan pelajaran di pesantren mengambil dari kitab-kitab agama saja. Sedangkan di madrasah Muhammadiyah bahan pelajarannya mengambil dari kitab agama dan buku-buku umum. Di pesantren hubungan guru-murid biasanya terkesan otoriter karena para kiai memiliki otoritas ilmu yang dianggap sakral. Sedangkan madrasah Muhammadiyah mulai mengembangkan hubungan antara guru-murid yang akrab.
2.    Hasan Langgulung
a.    biografi singkat
Hasan Langgulung dilahirkan di Rappang, Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, pada tanggal 16 Oktober 1934 dan wafat pada 2 Agustus 2008, di Kuala Lumpur, Malaysia. Semasa hidup, beliau aktif dan mendedikasikan dirinya untuk kemajuan pendidikan dan kemajuan bangsa. Beliau aktif mengajar dibeberapa Universitas, baik dalam negeri ataupun luar negeri. Di Inggris pernah menjadi Visiting Scholar pada Cambridge University 1986. Di Timur Tengah pada tahun 1958-1968 dan tahun 1968-1969, pernah menjadi Headmaster pada Cairo Indonesian School. Tahun 1977-1978, menjabat sebagai Visiting Professor di King Saudi Arabia. Dalam rangka mengemban tugas mulia untuk mendedikasikan ilmunya pula ia mengunjungi Amerika, Eropa, Australia, Jepang dan Negara ASEAN, seperti Malaysia di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM).
Riwayat pendidikan Hasan Langgulung dimulai dari pendidikan formalnya di Sekolah Dasar di Rappang Ujung Pandang tahun 1943-1949, kemudian melanjutkan studinya ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Islam di Ujung Pandang tahun 1949-1952, tahun 1952-1955 ia melanjutkan ke Sekolah Guru Islam Atas Ujung Pandang. Setamat dari pendidikan dasar dan menengah, Hasan Langgulung melanjutkan studinya ke Mesir, yaitu di Islamic studies pada fakultas Dar al-Ulum, Cairo University, tamat tahun 1962 dengan gelar Bachelor of Art (BA). Kemudian pada tahun 1967, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya pada jenjang strata dua (S2) dalam bidang psikologi dan Mental Hygiene di Eins Shams University dengan gelar MA. Tidak puas dengan kemampuan yang telah diperoleh, ia melanjutkan kembali studinya pada tingkat strata tiga (S3) di bidang yang sama psikologi di University of Georgia Amerika Serikat dan tamat pada tahun 1971.
 Jika dilihat dari latar belakang pendidikannya dapat dipahami bahwa ia menggeluti bidang psikologi yang erat kaitannya dengan pendidikan, maka tidak heran jika kemudian ia sangat perhatian sekali terhadap pendidikan terutama pendidikan islam. Ia adalah salah sesorang pemikir Muslim Asia Tenggara yang banyak mencurahkan perhatiannya pada Islamisasi Ilmu Pengetahuan , terutama pada bidang pendidikan dan Psikologi.Beliau berupaya untuk memadukan pemikiran pemikiran barat modern dengan pemikiran Islam
b.    karya-karya
beberapa buku yang pernah ditulis hasan langgulung antara lain, yaitu : teori-teori kesehatan mental, psikologi dan kesehatan mental disekolah-sekolah, suatu analisis sosio psikologikal, beberapa tinjauan dalam pendidikan islam, manusia dan pendidikan: suatu analisis psikologi dan pendidikan, pendidikan islam menjelang abad ke-21, asas-asas pendidikan islam.

c.    Pemikiran Pendidikan
Pendidikan menurut Hasan Langgulung, yang dalam bahasa inggris education dan dari bahasa latin educere, berarti memasukkan sesuatu, barangkali bermaksud memasukkan ilmu ke kepala seseorang, kalaulah ilmu itu memang masuk di kepala. Dalam bahasa arab ada beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pengertian pendidikan. Dalam masalah ini, ada tiga kata yang sering digunakan oleh pakar pendidikan, yaitu ta’limtarbiyah, dan ta’dib. Pendidikan dapat dilihat dari tiga segi, yaitu:
a)    Pendidikan dari segi pandangan individu
Pendidikan didefinisikan  sebagai proses untuk menemukan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan melihat dan mendengar. Jadi pendidikan adalah proses menampakkan (manifestasi) yang tersembunyi (latent) pada peserta didik.
b)   Pendidikan dari segi pandangan masyarakat
Bahwa manusia memiliki kemampuan-kemampuan asal dan bahwa kanak-kanan itu mempunyai benih dan dapat dicapai oleh manusia, ia menekankan pada kemampuan manusia memperoleh pengetahuan dengan mencarinya pada alam di luar manusia.
c)    Memandang pendidikan sebagai suatu transaksi
Sebagai suatu interaksi yaitu  proses memberi dan mengambil antara manusia dan lingkungannya.
Kurikulum atau pendidikan hendaknya mencakup materi yang berkaitan dengan pengembangan aspek fitrah peserta didik yang meliputi aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif yang dilakukan dengan cara seimbang. Berkenaan dengan kurikulum atau isi pendidikian, Hasan Langgulung membagi sumber ilmu kedalam empat bagian yaitu:
a)    Pancaindra, karena melaui pancaindra dapat ditangkap kesan-kesan, dan pesan-pesan dari alam, jagat raya yang kemudian disampaikan kepada akal untuk diolah menjadi ilmu pengetahuan.
b)   Akal yang dapat mencerna setiap pesan yang disampaikan dengan metode tertentu.
c)    Intuisi, yaitu kekuatan batin yang dapat menyerap pengetahuan dari Tuhan, atau merupakan pemindahan potensi kedalam alam nyata tanpa usaha yang keras atau susah payah.
d)   Ilham, yaitu tanggapan emosi secara langsung yang datang pada hati manusia.
Menurut Hasan Langgulung, kurikulum pendidikan juga harus mampu mengembangkan potensi peserta didik, serta menciptakan suatu proses belajar-mengajar yang dapat menjawab tantangan zaman.
Tujuan merupakan sesuatu yang essensial bagi kehidupan manusia. Dengan adanya tujuan semua aktivitas dan gerak manusia menjadi lebih dinamis, terarah dan bermakna. Disaat berbicara tentang  tujuan pendidikan, tidak boleh tidak membawa untuk berbicara tentang tujuan hidup manusia. Manusia diciptakan  Allah dan diberi tugas untuk memikul amanah di permukaan bumi. Tujuan pendidikan itu hendaknya sesuai dengan proses yang membentuk pandangan Islam terhadap pendidikan. Tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai oleh Hasan Langgulung yaitu keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional, perasaan dan indera. Tujuan terakhir pendidikan Islam merupakan kristalisasi nilai-nilai ideal Islam yang diwujudkan dalam pribadi peserta didik. Tujuan pendidikan Islam sejalan dengan tujuan hidup yaitu segala usaha untuk menjadikan manusia menjadi‘abid   inilah tujuan tertinggi pendidikan Islam.
Agar proses pendidikan terlaksana secara efektif dan efisien. Maka seorang pendidik dituntut untuk mempergunakan berbagai macam pendekatan dan metode. Dan agar tujuan pendidikan Islam itu tercapai menurut Hasan Langgulung metode pendidikan harus sesuai dengan asas-asas pendidikan, antara lain :
1)   Asas  histori, yang mempersiapkan peserta didik dengan berpijak bagaimana  motode dari pengalaman masa lalu dengan apa yang digunakan untuk diterapkan di masa sekarang.
2)   Asas sosial yang memberinya kerangka budaya dari mana pendidikan itu bertolak dan bergerak : memindah budaya, memilih, dan mengembangkannya. Dan metode yang digunakan harus mengacu sesuai dengan kebudayaan yang diharapkan masyarakat dan peserta didik itu sendiri.
3)   Asas ekonomi yang memberinya perspektif tentang potensi-potensi manusia dan keuangan, materi dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya, dan bertaggung jawab terhadap anggaran belanjanya
4)    Asas politik, diharapkan metode yang digunakan  dalam proses belajar mengajar sesuai dengan ideologi (Aqidah) sehingga tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat tercapai.
5)   Asas psikologi. Materi yang disajikan hendaknya dengan mengacu kepada psikologis peserta didik, sehingga peserta didik bisa menerima materi dengan mudah.
6)   Asas-asas filsafat yang berusaha memberinya kemampuan memilih yang lebih baik, memberi arah suatu sistem, mengontrol dan memberi arah kepada semua asas-asas yang lain.

Menurut Hasan Langgulung, pendidik adalah “Orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing”; mengarahkan dan mendidik peserta didik karena fungsinya sebagai pengarah dan pembimbing dalam pendidikan. Selain sebagai pembimbing dan pemberi arah dalam pendidikan, pendidik juga berfungsi sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar, yaitu berupaya teraktualisasinya sifat-sifat Illahi dan mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada pada diri peserta didik guna mengimbangi kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
Peserta didik salah satu komponen dalam sistem pendidikan islam berbeda dengan komponen-komponen lain, dalam system pendidikan peserta didik adalah orang yang sedang berada dalam pase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun pisikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri seorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik.
3.    Syed Muhammad Naquib Al-attas
a.    Biografi singkat
Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas adalah salah seorang dari kalangan ahlu al-bait Nabi (keturunan Nabi Saw.), namun bukan Syiah. Silsilah keluarganya dapat dilacak hingga ribuan tahun ke belakang melalui silsilah sayyid dalam keluarga Ba’lawi di Hadramaut dengan silsilah sampai ke Imam Husein ra., cucu tersayang Rasulullah Saw. Nama lengkapnya Syed Muhammad Naquib al-Attas ibn Abdullah ibn Muhsin al-Attas. Lahir di Bogor Jawa Barat, pada 5 September 1931. Di antara leluhurnya banyak yang menjadi ulama dan wali. Salah seorang di antara mereka adalah Syed M. Al-‘Alaydrus (dari pihak ibu), guru dan pembinbing ruhani Syed Abu Hafs ‘Umar Ba-Syaibah dari Hadramaut, yang mengantarkan Nur ad-Din ar-Raniri salah seorang ulama terkemuka di dunia Melayu. Ibunda Syed M. Naquib al-Attas adalah seorang wanita yang berdarah priayi Sunda bernama Sharifah Raquan al-‘Alaydrus.
Dari pihak ayah, kakek Syed M. Naquib al-Attas yang bernama Syed Abdullah ibn Muhsin ibn Muhammad al-Attas adalah seorang ulama yang pengaruhnya tidak hanya terasa di Indonesia, tetapi juga sampai ke negeri Arab.
b.    Karya-karya
Adapun karya yang telah dihasilkan oleh al-attas yaitu : buku islam dan filsafat sains, buku islam and seculerism, tesis raniry and the wujudiyyah of 17th century aceh.
c.    Pemikiran Pendidikan
1)   Pengertian Pendidikan
Menurut al-attas pendidikan adalah meresapkan dan menanamkan adab pada manusia, ini adalah ta’dib. Jadi, adab adalah apa yang diterapkan kepada manusia bila ia harus melakukannya dengan berhasil dan baik dalam hidup ini atau dihari kemudian. Penekanan pada adab mencakup amal dalam pendidikan dan proses pendidikan dimaksudkan untuk menjamin bahwa ilmu dipergunakan secara baik didalam masyarakat.
Sedangkan pendidikan dalam arti islam adalah sesuatu yang khusus untuk manusia, maka pengenalan dan pengakuan mesti diterapkan. Jadi dapat dipahami bahwa, pemikiran pendidikan al-attas lebih menekankan pada penanaman adab pada diri manusia didalam proses pendidikan, yakni suatu pengenalan atau penyadaran terhadap manusia akan posisinya dalam tatanan kosmik. Penekananan pada segi abad dimkasudkan agar ilmu yang diperoleh diamalkan secar baik dan tidak disalahgunkan menurut kehendak pemilik ilu, sebab ilmu tidak bebas nilai tetapi sarat nilai, yakni nilai-nilai islam yang mengharuskan pemiliknya untuk mengamalkannya demi kepentingan dan kemaslahatan umat manusia.

2)   tujuan pendidikan
Al-attas dalm memformulasikan tujuan pendidikan islam seperti menitik beratkan pada pembentukan aspek pribadi individu, tetapi tidak berarti mengabaikan terbentuknya sebuah masyarakat yang idea. Sebagaimana dikemukakannya, karena masyarakat terdiri dari perseorangan maka membuat setiap orang atau sebagian besar diantaranya menjadi orang-orang baik, berarti pula menghasilkan suatu masyarakat yang baik.
3)   sistem pendidikan islam
sistem pendidikan islam harus mencerminkan aspek manusia itu sendiri. Perwujudan paling tinggi dan sempurna dari sistem pendidikan adalah universitas. Menurut al-attas, universitas yang dirancang untuk mencerminkan yang universal, harus pula merupakan pencermin manusia itu sendiri. Universitas islam tidak begitu saja mencontoh universtas barat, sebab secara konseptual keduanya berbeda. Al-attas menegaskan bahwa universitas islam harus mencerminkan pribadi Nabi  dalam hal ilmu pengetahuan dan tindakan yang benar, yang berfungsi menghasilkan manusia laki-laki dan perempuan yang kualitasnya sedekat mungkin menyerupai beliau, yakni manusia beradab.






Share:

BTemplates.com

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Makalah Prinsip - Prinsip Visual Merancang Materi Yang Efektif

BAB I PENDAHULUAN A.   Latar Belakang Perancangan dan penggunaa visual dalam pembelajaran merupakan pertimbang penting karena kegiata...